INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (16/10/2013) ditutup menguat 20 poin (0,17%) ke posisi 11.340/11.360 dari posisi akhir pekan lalu 11.360/11.380.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh sentimen antidolar AS. Sentimen tersebut mencuat setelah lembaga pemeringkat Fitch mengancam akan men-downgrade peringkat utang AS negosiasi debt ceiling terus berlarut.
Apalagi, kata dia, kasus gagal bayar AS tinggal sehari lagi. Akibat sentimen dari antidolar ini berhasil memicu penguatan rupiah. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.280 dan terlemah 11.340 dari posisi pembukaan 11.330 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (16/10/2013).
Selain itu, lanjut dia, rupiah juga mendapat katalis positif dari sentimen China. Negeri tirai bambu itu melaporkan adanya kenaikan cadangan devisa sebesar US$163,3 miliar selama kuartal III-2013.
"Ini merupakan kejutan positif karena menunjukkan kembalinya hot money ke pasar emerging market setelah adanya kelegaan penundaan pemangkasan stimulus dari bank sentral AS, The Fed," papar dia.
Jadi, kata Christian, masalah ancaman downgrade dan kebuntuan negosiasi anggaran di Kongres AS diiringi dengan kembalinya hot money ke China. "Semua itu, berhasil menopang penguatan rupiah," tuturnya.
Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke 80,38 dari sebelumnya 80,43.
"Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke US$1,3540 dari sebelumnya US$1,3523 per euro," imbuh Christian.