INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (28/10/2013) diprediksi menguat. Ekspektasi penundaan tapering The Fed masih jadi katalisnya.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, awal pekan ini rupiah berpotensi masih dalam fase penguatan. Menurut dia, penguatan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor yang sama yaitu ekspektasi penundaan tapering The Fed.
Apalagi, kata Christian, akhir pekan lalu, ada laporan core durable goods AS dan sentimen konsumsen dari AS yang sudah diperkirakan mengalami penurunan sehingga semakin menguatkan ekspektasi penundaan tapering The Fed itu. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dalam kisaran 10.900 hingga 11.085 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.
Core durable goods AS sudah diperkirakan di level 0,0%. Angka ini hanya naik tipis dibandingkan sebelumnya -0,1%. Consumer Sentiment AS juga sudah diprediksi merosot ke 74,5 dari sebelumnya 75,2.
Sebelumnya, lebih jauh Christian menjelaskan, akibat faktor tapering The Fed, rupiah sudah melemah dari level 9.500 per dolar AS ke atas level 11.550. "Dengan pengunduran tapering ini, pelemahan rupiah berbalik menjadi penguatan. Arus modal hot money, juga kembali masuk," timpal dia.
Meski, kata dia, toh nantinya tapering akan terjadi juga, prospek untuk saat ini adalah diundur. "Sebab, nanti akan ada deadline kesepakatan pagu utang AS yang baru di awal 2014. Jadi, prospek tapering masih lama," tuturnya.
Oleh karena itu, dia menegaskan, para investor kembali optimistis terhadap prospek penguatan rupiah. "Nanti malam, AS akan merilis data industrial productions yang diprediksi hanya naik tipis ke 0,5% dari publikasi sebelumnya 0,4%," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (25/10/2013) ditutup menguat 140 poin (1,25%) ke posisi 11.010/11.020.