INILAH.COM, Jakarta - Kembali merebaknya spekulasi The Fed akan kembali mempertahankan stimulusnya sukses mendongkrak nilai tukar rupiah sepekan terakhir.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 166 poin (1,46%) ke posisi 11.142 per dolar AS pada 25 Oktober 2013 dari akhir pekan sebelumnya, 11.308 pada 18 Oktober 2013.
Padahal, kata Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, laju nilai tukar rupiah di awal pekan ini bergerak di zona merah. "Pelemahan terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar yen Jepang setelah rilis nilai ekspornya yang bertumbuh di bawah estimasi dan masih defisitnya neraca perdagangan Jepang," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Selain itu, lanjut Reza, laju rupiah juga terimbas pelemahan rupee India setelah beredar spekulasi pemerintah India akan kembali meningkatkan suku bunganya. "Padahl, laju pertumbuhannya mendekati level terendahnya," ujar dia.
Dengan pelemahan tersebut, menurut Reza, laju dolar AS memanfaatkannya untuk menguat. "Pascapelemahan, rupiah kembali terapresiasi," ucapnya.
Apresiasi itu terjadi di tengah ekspektasi data-data AS yang akan dirilis setelah sempat tertunda. Sebab, terjadinya shutdown akan membuat ekonomi AS kurang baik sehingga menimbulkan penilaian akan bertahannya kebijakan The Fed untuk tetap mengucurkan program stimulusnya.
Bahkan, lanjut dia, rilis pertumbuhan nonfarm payrolls AS yang di bawah estimasi memberikan petunjuk adanya perlambatan dan penurunan unemployment rate AS yang dirasa kurang signifikan. "Jelang akhir pekan, laju nilai tukar rupiah kembali terkoreksi meski tipis seiring pelemahan sejumlah mata uang Asia pascarespons negatif sentimen dari China," tuturnya.
Respons negatif tersebut terjadi setelah bank sentral China menolak melakukan injeksi pendanaan kepada sistem keuangannya. "Pelemahan juga terimbas penurunan nilai tukar euro setelah rilis beberapa indeks manufaktur di sejumlah wilayah zona Euro yang tumbuh melambat," papar dia.
Namun demikian, kata dia, laju rupiah di akhir pekan kembali ke zona positif seiring kembali merebaknya spekulasi The Fed akan kembali mempertahankan stimulusnya. "Spekulasi menguat pascarilis penurunan markit manufacturing PMI AS dan rilis data-data ketenegakerjaan yang variatif," imbuhnya.