INILAH.COM, Jakarta Investor jangka pendek bisa memilih tujuh saham sebelum 2013 berakhir. Namun, investor jangka panjang kudu menunggu presiden baru. Mengapa demikian?
Pada perdagangan Senin (16/12/2013), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 48,87 poin (1,17%) ke posisi 4.125,956. Intrday terendah 4.109,309 dan intraday tertinggi 4.160,519.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan net sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net buy.
David Cornelis, kepala riset KSK Financial Group mengatakan, IHSG sudah 6 kali gagal membuat titik tertinggi baru dalam kurang dari 60 hari bursa sejak anjlok terparah tahun ini. "IHSG juga telah membentuk pola dead cross di bulan kemerdekaan tersebut," katanya kepada INILAH.COM.
Pola tersebut, kata dia, mengakhiri siklus pasar bullish selama 5 tahun, dan secara tradisional pasar membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk kembali pulih. "Artinya, investor jangka panjang dapat masuk kembali ke bursa setelah ada Presiden baru," ujarnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, kenaikan tinggi IHSG awal tahun bukan disebabkan oleh perbaikan fundamental ekonomi atau kinerja emiten. Akan tetapi, kata dia, lebih disebabkan karena aliran dana asing dan dari perbankan ke pasar modal. "Semakin besar dana asing yang masuk, semakin besar neto keluar dari repatriasi aset tersebut," papar dia.
Adapun dana konglomerat yang diparkir di luar negeri sebesar US$150 miliar (besarnya melebihi pendapatan APBN atau cadangan devisa Indonesia), semestinya dapat ditarik ke Indonesia. "Karena per Januari 2014 hanya mengawasi soal makro dan sistem pembayaran, BI mungkin perlu belajar dari JKT48 dalam membangun hubungan baik dengan penabung domestik di luar negeri, mengopi insinuasinya Hermawan Kartajaya," ungkap David.
Sementara itu, pelemahan rupiah justru menguntungkan emiten sektor pertambangan dan perkebunan. Di sisi lain, 7 besar emiten yang terpapar negatif oleh pelemahan rupiah adalah PT Indosat (ISAT), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Bakrie Telecom (BTEL), PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Lippo Karawaci (LPKR), PT Alam Sutera Realty (ASRI) dan PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA).
"Sebab, emiten-emiten tersebut memiliki pendapatan dalam rupiah sedangkan pendanaan atau operasionalnya dalam dolar AS, serta menggunakan bahan baku impor," tegas dia.
David menjelaskan, IHSG sempat memantul pekan lalu, namun menemui beberapa level penghalang kuat di atasnya, sehingga masih bergerak dalam tren mendatar. Area beli jangka pendek adalah ketika IHSG terkoreksi lagi hingga mengetes kembali titik terendahnya dalam 5 bulan terakhir di 4.100 hingga menuju lubang di 4.072.
Beberapa saham pilihan jelang akhir tahun 2013, lanjut dia, adalah PT Aneka Antam (ANTM), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Indofood Sukses Makmur (INDF), PT Timah (TINS), PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan PT Unilever Indonesia (UNVR).