korea by dewanti

Tuesday, December 17, 2013

Wapres Optimistis Ekonomi 2014 Tumbuh 5-6%

JAKARTA, suaramerdeka.com - Wakil Presiden Boediono optimistis perekonomian Indonesia tahun 2014 akan tumbuh 5-6% dengan inflasi yang terkendali akibat indeks harga pangan yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang 2013 diyakini stabil pada 2014 di angka yang lebih pas dengan situasi moneter baru yang akan lebih ketat, bukan lagi era easy money seperti di masa lalu.
"Saya berani perkirakan pertumbuhan di angka 5-6% untuk 2014. Ini bukan 6% plus seperti 2011, tapi ini tak bisa dihindari bila kita ingin menyeimbangkan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi," kata Wapres saat menjadi pembicara di hadapan sejumlah wartawan dan diplomat asing di Jakarta Foreign Correspondence Club, Hotel Inter Continental, Jakarta, Senin (16/12).
Boediono mengatakan, bahwa pertumbuhan 5-6% masih jauh di bawah potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang idealnya berada di kisaran 7-8% per tahun, seperti pertumbuhan Indonesia sejak era 1970-an.
Terkait inflasi di penghujung 2013 yang diperkirakannya mencapai angka 8%, Boediono menilai angka ini di luar angka rata-rata nasional beberapa tahun ke belakang yang hanya berada di 4-5% per tahun. Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang angka 8% ini, antara lain kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dan kenaikan harga bahan pangan non-beras.
"Ada sejumlah bahan pangan yang naik secara tidak rasional di tahun 2013. Kami telah menghilangkan sistem kuota yang merugikan semua pihak. Semoga tahun depan hal ini bisa berkontribusi pada penurunan indeks harga pangan," jelasnya.
Secara domestik panen tahun ini juga berjalan baik, dan secara internasional harga pangan global diperkirakan stabil, sehingga ia percaya inflasi bisa ditekan lebih moderat.
Wapres memperkirakan nilai investasi dan konsumsi pada 2014 masih akan tinggi, ditambah dengan aktivitas seputar pemilihan umum yang berkontribusi positif pada pertumbuhan. Impor minyak juga akan berkurang mengingat rencana penggantian BBM dari solar menjadi bio-diesel yang berbahan dasar minyak sawit yang diperkirakan akan mengurangi impor minyak.
Lebih jauh Wapres melihat Indonesia tetap tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik di mata dunia, mengingat ekonomi tumbuh rata-rata 6% per tahun sebelum krisis. "Memang sempat jatuh ke 4% kala krisis 2008, namun kembali ke angka 6%, menandingi pertumbuhan negara-negara lain sedunia kecuali China," tandasnya.
Boediono yang mantan Gubernur Bank Indonesia mengakui Indonesia mengalami defisit neraca berjalan yang terjadi sejak triwulan keempat 2011. Ini disebabkkan ekspor yang menurun akibat jatuhnya harga komoditas di pasar internasional. Selain itu, impor juga tetap tinggi, terutama BBM bersubsidi untuk keperluan dalam negeri.
Dalam pengamatannya nilai ekspor yang melorot pada 2013 masih menjadi sebab mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah. Namun banyak hal positif yang membangkitkan semangat untuk 2014 hingga Wapres meyakini angka 5-6% adalah angka yang rasional bagi Indonesia, di tengah belum pulihnya perlambatan ekonomi dunia.
Untuk cadangan devisa, Waores menyebut angkanya saat ini mencapai 97 miliar dolar AS, turun dari awal tahun 106 miliar dolar. Tapi menurutnya penurunan ini tak perlu dikhawatirkan, apalagi Indonesia sudah menandatangani perjanjian dengan Jepang, Korea dan Cina untuk menyediakan cadangan lapis kedua.