korea by dewanti

Tuesday, January 7, 2014

Banyak Sinyal Palsu, Pilih Saham Terkoreksi Dalam

INILAH.COM, Jakarta – Jelang Pemilu 2014 diprediksi lebih banyak kegaduhan, sinyal palsu, dan sentimen yang berperan di pasar saham. Saham-saham yang sudah anjlok dinilai jadi pilihan aman.
David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group mengatakan, tentu akan ada dampak politik ekonomi secara agregat dan keterkaitan sosial dengan ekonomi mikro lainnya jelang Pemilu 2014 yang tinggal 4 bulan lagi.
Sejak 2007, lanjut dia, tingkat kemiskinan selalu turun. "Namun per kuartal 3 tahun lalu, angka kemiskinan naik 11,5% menjadi 28,5 juta orang. Antara lain dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi sejak kuartal 1 2013," katanya kepada INILAH.COM.
Tentunya, kata dia, kondisi itu berkorelasi dengan tingkat pengangguran terbuka yang naik menjadi 6,25% di bulan peringatan kemerdekaan lalu. "Pada saat yang sama, sisi makro, mata uang rupiah yang melemah mendorong naiknya utang luar negeri Indonesia," ujarnya.
Rasio pembayaran utang (cicilan pokok dan bunga utang dibandingkan ekspor) sudah menembus 40%. Angka ini jauh melampaui 2 kali batas aman. "Sayangnya, hanya 60% yang dapat dipakai untuk kegiatan produktif," timpal David.
Total utang luar negeri pada Oktober 2013 mencapai US$262 miliar. Sebanyak 52%-nya adalah utang swasta, dan sekitar 21%-nya belum terlindung nilainya (hedging). Adapun rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 29,5% (batas amannya hanya 30%), sedangkan rasio utang terhadap ekspor mencapai 121%.
Meninggalkan tahun 2013 dan mendekati Pemilu 2014, akan lebih banyak lagi noise, sinyal palsu, dan sentimen yang memainkan peran di pasar saham. "Beberapa investor akan cenderung lebih reaktif, entah optimistis delusional ataupun pesimistis skeptic," tuturnya.
Dalam situasi itu, kata dia, pemodal di bursa saham lebih aman membeli saham-saham berfundamental yang sudah terkoreksi jatuh dalam di 2013. Sektor konsumsi naik paling tinggi tahun lalu, sebesar 13,8%, sedangkan yang terperosok paling dalam sebesar 23,3% adalah sektor pertambangan. "Kenaikan dan penurunan itu menghasilkan rerata IHSG yang minus 0,98% sepanjang 2013," imbuh David.