Jakarta -Cukup banyak faktor yang dapat dijadikan alasan terhadap pelemahan IHSG di awal pekan ini, mulai dari terjadinya aksi jual pada saham-saham pertambangan yang berimbas pada saham-saham perkebunan karena merespon kian dekatnya penerapan aturan larangan ekspor minerba, kembali melemahnya nilai tukar Rupiah, imbas pelemahan laju bursa saham Asia. Bahkan tidak menutup kemungkinan faktor negatif dari kenaikan harga gas elpiji 12kg yang dinilai akan meningkatkan inflasi dan pengaruh aturan fraksi harga saham dapat dijadikan alasan pelemahan IHSG. Akan tetapi, kami melihat, tiga alasan pertama lebih masuk akal dimana pelaku pasar merespon negatif sentimen tersebut sehingga pelemahan pasar masih berlanjut di awal pekan ini. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4263,62 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4188,38 (level terendahnya) di pertengahan sesi 2 dan berakhir di level 4202,81. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Pada perdagangan Selasa (7/1) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4162-4190 dan resistance 4236-4270. Berpola menyerupai three outside down melewati middle bollinger bands (MBB). MACD mulai downtrend dengan histogram positif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic kembali downreversal. IHSG gagal bertahan di kisaran target support (4232-4250) yang memperlihatkan derasnya aksi jual sehingga dapat membuka pelemahan lanjutan terutama bila laju bursa saham global juga ikut memberikan imbas negatifnya. (detik.com)